Ini Dia Cara Mendeteksi Rezeki yang Halal dan Baik

PEMBAHASAN seputar kiat menjadi cepat kaya atau pun menjadi pengusaha sukses, menjadi salah satu topik yang paling digandrungi dalam beberapa tahun terakhir. 
Tak terkecuali di Aceh, seminar yang membahas kiat untuk menjadi cepat kaya, semakin ramai peminat. 
Namun, apakah kiat-kiat itu menjamin akan datangnya kesuksesan atau kesenangan hidup? “Belum tentu, karena tidak semua rezeki itu baik bagi kita. Apalagi jika rezeki yang kita dapatkan itu tidak halal atau tidak dengan cara-cara yang tidak halal,” ungkap Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab, Pemimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunib, Bireuen, dalam salah satu kesempatan mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (13/02/2013) malam.
Ulama yang akrab disapa Tu Sop ini memberikan contoh sederhana tentang cara untuk mendeteksi rezeki yang halal dan baik. Pasalnya, kata Tu Sop, rezeki yang halal juga ternyata belum tentu baik bagi seseorang.
“Misal, ketika penderita diabetes yang oleh dokter dilarang makan nasi, ternyata ada orang yang mengajaknya makan nasi di restoran terkenal dan mahal. Apakah itu rezeki?,” kata Tu Sop dalam nada bertanya.
“Bisa kita simpulkan, ajakan makan itu adalah rezeki bagi orang yang sedang kelaparan, tapi tidak untuk penderita diabetes yang divonis tak boleh makan nasi,” ujarnya menyimpulkan jawaban dari peserta pengajian.
Alumnus Dayah Mudi Mesra Samalang yang juga Ketua Nahdhatul Ulama Kabupaten Bireuen ini menambahkan, rezeki yang halal dan baik adalah yang bisa membuat penerimanya selamat.
“Perlu diingat, ada orang yang selamat (di dunia dan akhirat), karena kekayaannya. Tapi ada pula orang yang hancur (di dunia dan akhirat) karena kekayaannya. Sebaliknya ada juga orang yang selamat di dunia dan akhirat karena kemiskinannya. 
Misalnya, setelah jatuh miskin itu dia semakin dekat dengan Allah, apalagi jika dia bisa menerima dan merasa berkecukupan meski orang lain menganggap dia sebagai orang miskin,” urai Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab.
Intinya, lanjut Tu Sop, keimanan dan ketaqwaan seseroang kepada Allah adalah alat utama untuk mendeteksi apakah rezeki itu halal dan baik bagi dirinya. 
“Berdoalah selalu agar Allah memberikan rezeki yang baik dan halal. Jangan sampai asal ada rezeki sikat saja, tanpa mau menimbang-nimbang kadar baik dan halalnya,” kata Tu Sop.
“Oleh karena itu, fungsikan iman untuk mendeteksi rezeki yang halal dan baik, jangan ikuti nafsu. Iman harus mengendalikan nafsu. Jangan lupa juga tingkatkan kesabaran, karena iman dan kesabaran adalah kunci utama dalam meraih rezeki. Kalau seseorang kaya dengan ilmu dan iman, maka akan mencukupi segalanya. Sebaliknya, kalau nafsu lebih dominan dalam mencari dan menentukan rezeki yang halal dan baik, maka tentu akan mendatangkan kehancuran bagi dirinya, di dunia dan akhirat,” ujarnya.
Pengajian yang mengangkat materi “Ibadah dan Tauhid Amal” ini diikuti oleh kalangan wartawan, mahasiswa, santri, dan unsur dari Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh. 
Dalam materi utamanya, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab mengupas panjang lebar tentang pentingnya keseimbangan antara ibadah lahir (shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain), dengan ibadah bathin, seperti sikap ikhlas, tawadhu, menghindari sikap sombong, angkuh, iri, dan dengki. 

Post a Comment

Previous Post Next Post