Perang Tunda Pernikahan Relawan RI dengan Gadis Gaza

SERANGAN Zionis Israel ke Jalur Gaza selain menyisakan duka bagi rakyat di negeri para ambiya itu, juga menunda hari kebahagiaan bagi seorang relawan Indonesia untuk melangsungkan akad nikah dengan gadis Gaza yang telah disuntingnya seminggu lalu.

Adalah Muhammad Husein bin Aji Muslim (26), relawan Indonesia asal Bogor, Jawa Barat yang sudah menetap tiga tahun di Jalur Gaza. Rabu (9/7) lalu ketika bangsa Indonesia merayakan pesta demokrasi memilih presiden, Husein seharusnya melangsungkan akad nikah dengan membacakan Surah Alfatihah dan penyerahan mahar bagi calon istrinya, Jinan El Rahman Ar Reqb.

Gadis Gaza pujaan hatinya itu telah dipinang Husein sebagai calon istrinya. Jinan adalah anak dari Fauzi Husain Ar Reqb, pegawai adiministrasi di Universitas Islam Gaza yang juga saudara kandung dari mantan menteri Agama Palestina tahun 2012, Dr Salih Ar Reqb.

Calon pasangan suami istri Indonesia-Gaza ini sudah melakukan proses peminangan. Rabu lalu, mereka seharusnya membaca Surah Alfatihah dan menyerahkan mahar sebesar 3.000 dinar Yordania atau setara dengan Rp 51 juta uang Indonesia.

"Sejak sepuluh hari yang lalu kita sudah sepakat bahwa hari (Kamis -red) akan melakukan akad nikah di KUA Gaza. Hanya saja kondisi Jalur Gaza yang sedang berkecamuk perang, tidak memungkinkan akad dilakukan saat ini. Jadi, tertunda deh," ujar Husein sambil menyematkan ikon "sedih" di ujung tulisan pada obrolan Kamis malam lalu.

Sambil bercerita, sesekali Husein juga menginformasikan bahwa bom masih saja menghujani Jalur Gaza. "Sampai detik ini masih terdengar dentuman bom dari rudal-rudal pesawat tempur Israel. Dentuman bom semacam ini sudah menjadi bagian dari kehidupan saya sehari-hari selama di sini," ujarnya.

Bagaimana Husein bisa mendapat calon istri yang akan dinikahinya itu? kepada Serambi melalui layanan chatting di facebook, Kamis (10/7) malam waktu Indonesia, Husein berbagi pengalaman terkait rencana pernikahannya itu. Ia masuk ke Gaza pada 5 Januari 2011 dengan kapal MV Salam dalam misi kemanusiaan 'Asia to Gaza Solidarity'.
Beruntung, selain menjalani tugas sebagai relawan bersama Mer-C utusan Al-Aqsha Working Grup (AWG) yang berpusat di Jakarta, Husein diterima juga sebagai mahasiswa Universitas Islam Gaza. Husein tidak sendiri. Bersama ratusan relawan yang datang bergelombang, ia menghabiskan hari-harinya membantu proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Jalur Gaza. Saat ini, Mer-C sedang membangun rumah sakit bantuan rakyat Indonesia di sana.

Selama kuliah di Universitas Islam Gaza, Husein mulai berkenalan dengan para pemuda dan warga Gaza. Di universitas itu juga Husein kenal dengan Fauzi Husain Ar Reqb yang kemudian menjadi calon mertuanya.

"Alhamdulillah, sudah fitrah warga Gaza sangat menghormati tamu, terutama tamu dari negeri yang jauh, beragama Islam. Apalagi jika ada orang asing bisa berbahasa Arab dengan fasih dan mahir membaca Alquran. Ini menjadi daya tarik bagi warga Gaza," ujarnya.

Kemampuan bahasa Arab dan hafalan Alquran Husein yang terus meningkat, telah menarik perhatian Fauzi Husain Ar Reqb. Husein acap kali diajak ke kediamannya untuk makan malam bersama atau pada acara lain yang berkaitan dengan aktivitas kampus.

"Beliau sering mengundang saya menginap di rumahnya dan mengenalkan saya dengan Jinan, putrinya. Alhamdulillah, saya menemukan belahan hati saya di Gaza. Yang menakjubkan, ia hafizah 30 juz dan masih keturunan dari Ratu Balqis dan mengalir padanya darah para nabi,"  kata Husein mengenang perkenalan dengan keluarga Jinan.

Lelaki kelahiran Bogor, 7 April 1988 yang juga alumnus Pondok Pesantran Al Fatah ini, berbagi kisah bagaimana adat istiadat pernikahan di Gaza. Menurutnya, tahapan awal menuju proses pernikahan adalah meminang (khitbah), kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Alfatihah dan penyerahan mahar (maskawin).

Setelah proses ini, pasangan yang akan menikah mendatangi kantor urusan agama di Gaza untuk melangsungkan akad. Pesta pernikahan atau walimatul urusy di Gaza akan dilangsungkan tiga bulan ke depan setelah akad berlangsung.

Di akhir percakapan, Husein berpesan kepada para pemuda agar mendalami ayat-ayat tentang Al-Aqsa, karena perjuangan membebaskan Masjid Aqsa adalah utang yang bergantung di leher kaum muslimin.
"Setelah paham akan urgensi memperjuangkan Al-Aqsa, pelajarilah kemampuan dasar bahasa Arab dan Inggris, kemudian datanglah ke sini ke tanah para nabi, karena kunci perdamaian dunia ada di sini, di Al-Quds," pesan Husein sambil mengakhir percakapan dengan Serambi ketika azan Magrib berkumandang di Gaza, tepat pukul 24.00 malam waktu Indonesia.

                                                      Keluarga senang
Sementara itu, keluarga besar Husein di Bogor yang dihubungi Serambi secara terpisah mengungkapkan rasa syukurnya atas kabar anak mereka yang akan segera menikah di Gaza.

"Senang sekali dan rencana ini sebenarnya sudah lama. Itu dua tahun lalu, tapi Jinan saat itu masih SMA dan ditunggu sampai selesai kuliah oleh Husein," kata Aji Muslim, orang tua Husein yang dihubungi Serambi via telepon Jumat (11/7) sore.
Ia juga menyatakan keinginannya untuk datang ke Gaza menyaksikan langsung akad nikah anak tercintanya tersebut. Tapi situasi saat ini sangat tak memungkinkan bagi Aji Muslim untuk terbang ke Gaza.

"Wallahu 'alam, inginnya saya datang ke sana, tetapi bagaimana ya situasi begini. Yang jelas saya senang sekali anak saya telah menjadi bagian warga Gaza," kata Aji Muslim.
Muhammad Husein adalah anak ke-12 dari 16 bersaudara dari keluarga besar Aji Muslim. Kepergiannya ke Gaza ketika itu mendapat restu seluruh keluarganya di Bogor.

"Saya sudah mengikhlaskan anak saya untuk Allah, sudah diwakafkan di jalan Allah. Kalaulah ia akan kembai ke Tanah Air, ya itu atas kehendak Allah," ujarnya bernada pasrah.
Aji Muslim berharap pernikahan Husein akan semakin mempererat hubungan shilaturahmi antara muslim Indonesia dengan Gaza. (arif ramdan/tulisan ini dimuat di Serambi Indonesia edisi Sabtu 12 Juli 2014)

Post a Comment

Previous Post Next Post