Tipu-tipu Waria


Lembaga Putroe Sejati Aceh, akhirnya minta maaf di media atas-- katanya--kesilapan mereka menggelar kontes waria Sabtu (13/2) malam lalu di Auditorium RRI Banda Aceh. Meski, semua orang boleh bertanya apa benar itu kesilapan atau acara yang memang direncanakan sedemikian rupa jauh hari sebelumnya.
Kontes itu, menjadi berita besar di Aceh. Publik di Banda Aceh tersentak ketika menyaksikan gaya dan liukan tubuh para peserta kontes di atas panggung aula LPP RRI Banda Aceh itu. Sebuah peristiwa aneh bisa berlangsung di Aceh, sebab tidak ada dalam sejarah yang melegalkan kegiatan dilakukan kaum waria, apalagi Aceh saat ini dikenal sebagai negeri bersyariat.
Berbagai kalangan menyatakan protes atas acara yang sudah digelar tersebut. Tetapi, apalah guna nasi sudah menjadi bubur, citra waria sudah sukses ditebar di tanah Aceh. Mau apalagi? siapa yang salah? menyalahkan pihak penyelenggara dengan hanya diminta untuk meminta maaf kepada Majelis Permusyawaratn Ulama (MPU) tentu bukan perkara susah dan itu sudah dilakukan panitia di media massa di Aceh.
Menurut MPU rekomendasi itu untuk penggalangan dana, tetapi kemudian disalahgunakan untuk kontes waria. Bahkan dari pengakuan sang jawara di kontes waria itu, dirinya akan mewakili Aceh ke pentas nasional, Duta Waria Aceh!. Duh, jika ini sampai terjadi lengkaplah derita panjang negeri ini yang dikepung dari berbagai lini dengan isu-isu yang selalu menyudutkan Aceh.
Berita kontes waria, selain menjadi konsumsi publik Aceh juga menjadi tanda-tanya besar pembaca di luar nanggroe. Dalam sejumlah milis banyak pertanyaan tentang kenapa kontes ini bisa digelar di Aceh? banyak ulasan dan jawaban tentang itu, tetapi jawabannya tidak memberi jalan keluar, sebab sudah terjadi. Hanya ada kesan negatif bagi MPU karena dinilai gegabah memberi rekomendasi. Meski bisa dikatakan tertipu oleh panitia, MPU sebenarnya sudah kalah langkah dengan taktik panitia. Logika sederhana tentu mudah dijalankan, jika teknologi semakin canggih,maka semakin pintar pula manusia memakainya. Jika aturan semakin ketat diterapkan, maka pintar pula manusia menyiasatinya. Ini juga berlaku dengan panitia kontes Waria. Merasa, tidak mungkin diizinkan, maka dibuatlah model acara yang memungkinkan bisa dilakukan tanpa ada hambatan dari MPU. Pertanyaanya, kenapa bisa acara itu sukses digelar dalam waktu yang sebenarnya bisa dipantau oleh berbagai pihak dan bisa dihentikan? di sini tentu berlaku taktik agar selamat sampai tujuan.
Panitia juga termasuk punya pikiran cerdas, sebab berkaca pada kasus-kasus sebelumnya, banyak peristiwa yang dinyatakan tidak sesuai dengan kondisi di Aceh selalu berujung ketidakjelasan hukum.
Nah, sekarang sudah terbukan semuanya. Siapa yang salah dan memanipulasi izin keramaian dari penggalangan dana menjadi kontes waria. Tentu, menyuruh meminta maaf saja di media tidak cukup. Sebab jika jalan keluarnya seperti itu, memungkinkan sekali ke depannya digelar kontes-kontes serupa dan berujung permohonan maaf. Kasus kontes waria, jika MPU mau tegas bisa saja diselesaikan dengan jalan hukum, dengan melaporkannya ke pihak bwerajib sebab bagaimanapun juga citra MPU sudah terlanjur tercemari. Publik sudah terlebih dahulu mengetahui itu ada rekom dari MPU.
MPU harus mengambil langkah tegas agar kasus itu tidak terulang ke depan. Jika tidak, maka hingga kapanpun lembaga sekaliber MPU yang punya kedudukan terhormat bisa saja dikelabui oleh pihak-pihak tertentu. Jika stigma tipu Aceh disarankan jangan disebut-sebut lagi dalam ranah kehidupan masyarakat. Bagaimana dengan penyalahan izin untuk waria ini? bukankah ini bagian dari tipu-tipu juga? "Tipu-tipu Waria"

Post a Comment

Previous Post Next Post