Kereta Api Aceh


Tentang Kereta Api di Aceh, memang pernah menjadi sejarah. Orang-orang yang hidup dimasa akhir tahun 1982, saat terakhir kalinya kereta api di Banda Aceh beroperasi, akan sangat mengenang masa-masa tersebut.
Ada secercah harapan menyambung sejarah masa lalu, ketika era Presiden Habibie berniat membangun kembali jalur kereta api di Aceh. Setelah lama tak terdengar kabar, proyek pembangunan rel kereta api kembali berlangsung di Aceh Utara dan Lhokseumawe. Proyek ini, mendapat sambutan hangat dari masyarakat Aceh yang rindu kembalinya Kereta Api di daerah ini.
Tetapi, apa yang terjadi, sampai saat ini, pembangunan rel belum rampung. Malah, gerbong KA terancam berkarat. Sebab, belum juga beroperasi. Ada kebijakan yang terkait dengan pemerintah pusat yang menjadi kendala besar proyek kereta Api di Aceh ini.
Tetapi sudahlan, sekarang sudah ada hiburan baru bagi anak-anak di di wilayah Pasee, ada rel kereta baru sepanjang 12 Km. Anak-anak juga bisa melihat gerbong kereta yang sebelumnya menjadi pemandangan langka ini.
Sejarah pembangunan kereta api Aceh sangat unik, berbeda dari daerah lain. Perbedaan ini disebabkan tujuan awal pembangunan kereta api dan siapa saja yang memanfaatkannya. Kereta api Aceh mulanya dibangun sebagai sarana mengangkut peralatan militer dari pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja atau Banda Aceh. Dengan kata lain kereta api dibangun untuk kepentingan perang daripada kepentingan ekonomi dan sosial. Hingga pada akhirnya juga memberikan keuntungan ekonomi dan politik yang besar.
Pasca reformasi 1998, Presiden RI saat itu, BJ Habibie mengeluarkan janji politik kepada masyarakat Aceh. Salah satu janji itu adalah pembangunan kembali jalur kereta api. Pasca janji tersebut, pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera.
Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development. Pembangunan jalan kereta api Aceh dianggap solusi tepat saat ini dan juga di masa depan, di mana angkutan kereta api ini bersifat massal, murah, aman dan efektif. Pembangunan kembali jaringan pelayanan kereta api Aceh diyakini memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Tetapi, apa yang terjadi hari ini? Ya, belum ada apa-apa. Kereta Api dambaan kita semua itu, masih belum mau bergerak. Harapan dengan kehadiran kereta api akan menghadirkan Aceh masa lalu, masih jauh dari kenyataan, termasuk geliat pertumbuhan ekonomi. Artinya, kereta api sebagai transportasi murah bagi rakyat Aceh masih sebatas mimpi yang belum wujud sempurna. Di lapangan, beragam persoalan mulai muncul.
Kita tunggu, serius atau tidak pemerintah menjalankan semua program perkeretaapian di Aceh itu. Jika tidak, ya sudahlah mungkin gerbong yang sudah ada itu untuk hiburan anak-anak saja di hari Minggu. Murah toh, jika dibanding harus ke dunia fantasi di jantung ibu kota?
Tentang kereta api yang belum juga beroperasi itu, Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Telematika (Kadishubkomintel) Aceh, Prof Dr Yuwaldi Away MSc, mengatakan, dinas yang dipimpinnya tidak punya kewenangan untuk menjawab sejumlah persoalan terkait dengan pembangunan kereta api di Aceh. Semua kebijakan mengenai perkeretaapian diputuskan oleh Dirjen Kereta Api Departemen Perhubungan di Jakarta.
Begitulah persoalan yang muncul, kereta api di Aceh masih jauh dari kenyataan. Jadi, sambil menunggu realisasi dari proyek transportasi murah untuk rakyat itu beroperasi, nikmati saja dulu pemandangan gerbong kereta yang belum berjalan itu. Anggap saja, wisata kereta api untuk anak-anak kita.

|foto kereta Aceh yang baru : dok. masriadi|

Post a Comment

Previous Post Next Post