Aceh, Setelah Kunjungan 'Wali'


Tgk Muhammad Hasan Tiro, Senin (20/10) sore kembali menginjakkan kakinya di jantung provinsi, Banda Aceh. Perjalanan panjang, menyusuri jejak-jejak leluhurnya di beberapa daerah termasuk ke tanah kelahirannya di Desa Tanjung Bungong, Pidie, terbilang cukup sukses. Massa yang menantikan kehadirannya, semisal, ketika Hasan Tiro tiba di Pidie, membludak, tumpah ruah menemui sosok kharismatik yang mereka sering sebut Wali Nanggroe.
Napak tilas Hasan Tiro, ke tanah kelahirannya di pertengahan Oktober ini, memberi warna baru bagi kelanjutan damai Aceh di masa-masa berikutnya. Semua pihak berharap kepulangan mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu diharapkan menjadi pendorong untuk memperkuat perdamaian di negeri Serambi Makkah. Diharapkan juga dapat mendorong perdamaian Aceh, sehingga suasana sejuk yang kini dirasakan masyarakat bertahan abadi di Aceh.
Hingga berakhirnya misi saweu gampong, rakyat Aceh belum mendengarkan statemen politik Hasan Tiro yang mengarah kepada nasib sesungguhnya Aceh dalam koridor NKRI. Satu kalimat yang menandaskan Aceh masa depan dalam bingkai NKRI hingga saat ini belum terucap. Ini kemudian menjadi tanda-tanya besar berbagai pihak di Aceh. Meski, dasar-dasar ke arah itu sudah ada. Semisal, dengan ucapan terima kasih yang tulus kepada pemerintah atas perdamaian untuk Aceh saat ini. Namun, sepenggal kalimat penegasan Aceh dalam bingkai NKRI sedikit pun belum terucap.
Padahal, statemen politik untuk menegaskan kembali posisi Aceh yang sesungguhnya sangat diharapkan keluar dari ucapan-ucapan Hasan Tiro, selain pesan-pesan damai yang selalu disampaikan dalam setiap pidatonya di hadapan massa di gampong-gampong yang dikunjunginya.
Jika itu terlaksana, maka rakyat akan begitu sangat memiliki sosok Hasan Tiro yang sesungguhnya. Di sini pula semua pihak akan melihat sosok Hasan Tiro secara positif. Artinya, Hasan Tiro bukan hanya milik kombatan GAM tapi juga tokoh masyarakat Aceh. Dan di pundaknya lah masa depan Aceh, alias pemegang kunci perdamaian yang kini telah dirasakan bersama-sama.
Tetapi, jika hingga berakhirnya masa kunjungan Hasan Tiro di Aceh dan kembali ke Swedia, tidak ada statemen yang menegaskan posisi Aceh masa depan dalam koridor Indonesia, sebagaimana terikat dalam MoU Helsinki, maka dipastikan kepulangan ke Aceh kali ini memang membawa agenda besar mengukuhkan jati diri partai Aceh, partai yang kabarnya mendapat restu langsung dari Hasan Tiro. Kepulangannya ke Aceh, tiada lagi untuk mengokohkan citra diri partai Aceh sebagai partai pilihan rakyat Aceh di pemilu 2009 mendatang. Terbukti, momen ini menjadi ajang kampanye pemanasan partai Aceh.
Memang, perkembangan politik menunjukkan bahwa GAM yang awal merupakan organisasi militer, berubah menjadi gerakan politik yang efektif. Hal ini, dapat dilihat dari seluruh hasil Pilkada di Aceh. Hampir seluruh Pilkada di Aceh, dimenangi oleh mantan GAM. Mulai dari pemilihan Gubernur Aceh, sampai kabupaten dan walikota, mayoritas di menangkan oleh mantan GAM. Sekarang, mantan GAM, membentuk partai lokal, yaitu Partai Aceh. Partai ini merupakan wadah bagi mantan para pengikut GAM, yang tidak mau ikut ke dalam partai- partai politik nasional. Nampaknya, mereka akan berjaya dengan partai lokal.
Pertanyaannya, implikasi dari pemilu 2009 nanti, jika secara de facto, partai lokal yang merupakan wadah politik mantan GAM ini memenangi pemilu secara mutlak, apakah masih ada keinginan, memisahkan diri dari NKRI? Karena, sesungguhnya hasil Pilkada di Aceh, merupakan bentuk 'referendum' yang secara mutlak dimenangkan oleh GAM. Tentu, yang menjadi persoalan, bagaimana Hasan Tiro, dan tokoh-tokoh mudanya, mengapresiasi Jakarta, terutama dengan situasi yang ada sekarang ini? Apakah mereka masih mempunyai respect yang tinggi, dan memiliki komitmen kuat untuk bersama-sama dengan pusat Jakarta? Atau sebaliknya, mereka masih tetap tidak puas dengan pusat, Jakarta? Untuk itu, mumpung masih ada di Aceh, kita tunggu saja statemen jitu Hasan Tiro dalam memposisikan Aceh masa depan dalam bingkai NKRI. Bagaimana Aceh setelah kunjungan sang 'Wali'? kita lihat saja, karena sesungguhnya, di tangan Hasan Tiro lah status Aceh dipetakan ke depan. Meski, tentunya semua orang berharap ada kearifan sejati dari sosok sesungguhnya sang 'Wali.'
Foto : dok/ARIF RAMDAN

Post a Comment

Previous Post Next Post