IBU, IBU, DAN IBU! Begitu judul salah satu dari sekian lukisan karya Mahdi Abdullah yang dipamerkan di Episentrum Ulee Kareng, Banda Aceh. Dalam karyanya itu, Mahdi Abdullah seolah-olah sedang berkhotbah kepada kita, agar tidak menyia-nyiakan tugas berat Sang Ibu saat mengandung dan membesarkan kita.
Dalam satu bingkai panjang, dari kanan lukisan itu, Mahdi mulai bercerita sosok seorang ibu yang sedang hamil tua hanya bisa duduk di kursi dengan tatapan kosong, menyirat arti mendalam dalam duduknya itu. Sepertinya, Mahdi ingin menyampaikan pesan, bahwa saat-saat memasuki usia kehamilan yang semakin tua, beban sang Ibu akan menjadi lebih berat. Duduk adalah pilihan, ketika tidur tidak lagi seenak yang bisa dirasakan. Deret kedua dalam lukisan ibu, Mahdi masih juga menyodorkan sosok Sang Ibu yang masih juga hanya bisa duduk memandang ke belakang, menatap masa depan atau masa silam dalam hidupnya.
Deret terakhir, dari sosok Sang Ibu, Mahdi lebih jelas mengingatkan kita dalam khotbah lukisannya itu. Mahdi dengan gamblang menggambarkan sosok Sang Ibu yang terlihat bersusah payah untuk bangkit dari duduk dengan berpegangan pada ujung kursi. Sebuah karya sarat makna, mengajarkan kepada kita bagaimana jerih payah seorang ibu yang setia menunggu saat-saat kelahiran kita ke dunia ini. Mahdi, sudah barang pasti terinspirasi sebuah hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa orang yang pertama harus kita penuhi panggilannya adalah Ibu. Pengulangan tiga kali kata ibu dalam judul lukisan Mahdi Abdullah, sebenarnya adalah sabda Rasulullah SAW yang sering kita dengar dalam ruang khotbah dan pengajian di meunasah dan masjid-masjid di negeri ini.
Sebuah pesan moral dalam bingkai lukisan yang disodorkan Mahdi Abdullah itu, sepintas hanyalah goresan kasar di atas kanvas tak bermakna. Tetapi lihatlah, di sisi kiri dan di atas, Mahdi juga menyodorkan fragmen keseharian ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Ada tiga sosok ibu sedang membimbing anak-anaknya belajar, ada juga sosok ibu dengan sabar menyusui anak-anaknya, sebagai titah dari yang Maha Tinggi, Allah SWT. Ini mengingatkan kepada kita, bahwa anak adalah titipan yang mesti dibesarkan sesuai perintah-Nya. Juga mengingatkan kepada kita--tentunya para ibu---agar anak-anaknya tidak dimanjakan dengan susu formula yang disarikan dari susu sapi dan sudah menjadi trend ibu-ibu yang sibuk di dunia karier.
Di sudut kanan, masih dalam bingkai lukisan berjudul Ibu, Mahdi Abdullah juga menyodorkan pesan tersirat dari sosok Sang Ibu dalam membimbing anaknya agar tidak salah langkah. Pesan ini ada pada sosok ibu yang sedang mengenakan peci pada anaknya yang hendak menunaikan shalat. Ibu memang sosok yang mesti kita hargai dan muliakan.
Kasih ibu, akan membawa kita ke surganya. "Kasihnya ibu membawa ke syurga, kasih saudara masa berada". Begitulah antara bait-bait lirik lagu Kasih Ibu yang dipopulerkan oleh Allahyarham Tan Sri P. Ramlee. Kedudukan ibu dalam Islam juga diletakkan di tempat yang tinggi dan banyak ayat-ayat Alquran menyuruh anak-anak berbuat baik kepada Ibu Bapa seperti ayat 14 dalam surah Luqman.
Bagaimanapun, dewasa ini penghormatan anak kepada Ibu seakanakan
hilang. Buktinya, banyak terjadi pelbagai insiden seperti anak mencaci dan memukul ibu termasuk yang `membuang' ibu ke pusat-pusat jagaan orangtua (panti jompo). Sebagai anak, kita perlu ingat bahwa sekuat apa pun kita beribadat, tetapi jika kita tidak menghormati dan berbuat baik kepada ibu bapak, Allah tidak akan ridha kepada kita. Allah berfirman, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya. Ibunya mengandungkannya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula (al Ahqaf: 15).
Menguatkan khotbah piktural dalam lukisan berjudul Ibu, Mahdi Abdullah juga mengingatkan kepada kita dengan sebuah doa untuk ibu dan bapak yang diajarkan Nabi. Doa itu, Mahdi goreskan dalam sebuah payung yang terbuka, memberi kesan doa mampu memayungi berbagai hal sabagaimana fungsi dari payung itu sendiri yang mampu melindungi dari panas dan hujan. Bisa juga, payung yang terbuka dalam lukisan Mahdi Abdullah, mengisyaratkan kasih ibu akan selamanya memayungi kita hingga akhir hayat. Kasih itu, akan tetap ada meski doa tidak selamanya selalu terucap dari seorang anak, yang terkadang khilaf.
Sepatutnya, kita perlu memberikan pelayanan kepada ibu kita dengan sebaik mungkin, mendoakan kesejahteraan dan keselamatan mereka semasa hidup lebih-lebih lagi apabila mereka telah mati. Mendoakan Ibu bapak termasuk dari salah satu sifat anak yang soleh. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, bahwa seorang laki laki datang kepada Nabi dan bertanya: Siapakah manusia yang lebih berhak saya pergauli dengan baik? Beliau menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: kemudian siapa? Beliau menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Ibumu! Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? la menjawab: Ayahmu! Mengingat berat penderitaan yang ditanggung oleh kedua orangtua, lebih-lebih sang ibu, serta Allah menempatkanberbuat baik kepada kedua orangtua di nomor dua setelah berbakti kepada-Nya.
Lukisan karya Mahdi Abdullah, dengan judul Ibu, merupakan karya imajinatif yang komunikatif dengan komunikan yang melihatnya. Aura dari karya itu dengan sangat mudah dipahami oleh mereka yang memiliki kejernihan hati atas makna sebuah cinta dan pengorbanan Sang Ibu. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW menganggap durhaka kepada kedua orangtua sebagai dosa besar, sesudah syirik. Begitulah sebagaimana ungkapan Alquran. Ibu, ibu, dan ibu, janganlah kamu, kita, dan saya menyia-nyiakannya. Wallahu `alam.
--tulisan versi PDF Tabloid KONTRAS--