Menelisik Rencana Soros di Aceh



SPEKULAN pasar uang dunia, George Soros, tertarik menanamkan investasinya di Aceh dalam bidang perkebunan kelapa sawit seluas 20.000 hektar. Informasi ketertarikan Soros itu setelah Gubernur Aceh Irwandi Yusuf melakukan lawatan ke Amerika. Irwandi berterus terang dirinya bertemu langsung dengan Soros dalam alah satu agenda lawatannya ke Amerika. Saat Aceh dalam pergolakan, memang, semuanya nyaris lumpuh. Geliat ekonomi yang dilakukan masyarakat Aceh tak mampu menampakkan pertumbuhan yang berarti. rakyat tetap dalam kemiskinan dan kegalauan hidup dalam prahara. Semua memilih diam dalam balutan ketidakpastian hidup. Baru kemudian MoU Helsinki-lah yang melahirkan babak baru kehidupan di Aceh.

Tsunami 26 Desember 2004, telah menyadarkan semua pihak yang bertikai di Aceh untuk segera menyudahi perselisihan demi kepentingan rakyat. Terpilihnya Irwandi-Nazar sebagai Gubernur Aceh dalam pilkada serentak, 11 Desember 2006 lalu, telah membawa angin segar bagi perubahan nasib rakyat Aceh. Irwandi mengajukan berbagai program untuk percepatan pembangunan Aceh ke arah yang lebih bermartabat.

Dalam hitungan hari, setelah Irwandi menjabat sebagai gubernur, sejumlah negara donor sudah menyatakan kesiapannya membantu pembangunan Aceh. Telah puluhan MoU ditandatangani antara Pemerintah Aceh dengan sejumlah negara donor yang akan membantu berbagai sarana penunjang bagi pembangunan di Aceh. Dalam berbagai bidang, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, pendidikan, dan sejumlah infrastruktur lainnya, semuanya rame-rame membuat kesepakatan kerja sama membantu pembangunan di Aceh. Jika semua nota kesepakatan kerjasama dalam berbagai bidang di Aceh dapat terlaksana dengan baik hingga selesai seperti yang dijadwalkan semula, maka semua itu akan menjadi rezeki bagi rakyat Aceh. Bisa dibilang sebagai pengganti atas hilangnya hak dan kesempatan berkarya, berusaha, dan mendapat kehidupan yang layak ketika konflik berkecamuk di Aceh yang memakan waktu hampir 30 tahun lamanya. Dalam salah satu kerja sama, misalnya, Aceh akan memiliki pembangkit listrik yang dapat menerangi seluruh pelosok Serambi Mekkah. Atau, rakyat Aceh juga tidak harus terengah-engah, dan berkeluh kesah atas kurangnya pasokan minyak goreng. Karena sudah ada rencana akan dibuat pabrik pengolahan minyak goreng untuk Aceh.

Semakin terbukanya pintu Aceh bagi dunia internasional, telah memudahkan semua negara donor untuk berperan aktif membangun Aceh yang hancur digulung tsunami. Bahkan, kemudahan itu pun semakin tak terkendali. Semua orang, siapa saja, bangsa mana saja, apa pun dia agamanya, bisa dengan mudah masuk ke Aceh tanpa ada kendala apa pun. Inilah yang menimbulkan kerisauan sebagian kalangan.

Pemerintahan Irwandi pun, sepertinya tidak lagi melihat segi sensitivitas masyarakat Aceh sebagai penganut Islam yang taat. Hadirnya George Soros untuk berinvestasi di Aceh, dan mendapat sambutan baik dari Gubernur Aceh, membuktikan bahwa pemerintah Irwandi tidak terlalu peduli dengan sensitivitas agama. Bagi masyarakat muslim, termasuk di Aceh, penganut Yahudi termasuk Soros hanyalah bagian dari orang-orang yang memiliki kontribusi bagi kehancuran sejumlah negara muslim termasuk Palestina yang bertikai dengan Yahudi Israel. Muslimin di Aceh juga getol menyuarakan penolakan sejumlah kerja sama yang akan dilakukan pemerintah Indonesia dengan negara Yahudi
Israel.

Sebagian kalangan mengkhawatirkan masuknya George Soros ke Aceh akan melahirkan gesekan baru. Bukan tidak mungkin, sensitivitas agama, akan muncul di kemudian hari. Jika, pemerintahan Aceh arif, maka selayaknya sejumlah kebijakan untuk membangun Aceh tidak latah atas nama pembangunan demi rakyat tanpa memperhatikan segi sensitivitas agama. Membangun kembali Negeri Serambi Mekkah, haruslah memperhatikan juga nilai-nilai kultural dan agama. Tanah ini adalah warisan endatu yang telah mengorbankan ribuan syuhada demi menjaga marwah sebuah bangsa yang bermartabat dan taat. Semuanya belum terlambat. Negeri ini bisa dibangun kembali dari pundi-pundi uang yang halal dan barakah. Masih banyak negara dan dermawan kaya lainnya yang tulus membangun Aceh dengan uang yang halal dan jelas.
(Arif Ramdan/Tabloid Kontras/Serambi Indonesia)

Post a Comment

Previous Post Next Post