Suami Salbiah, Ayah Baru untuk Aisyah

Sebuah Catatan Di Negeri Bencana

GEMPA dan gelombang tsunami yang telah meluluhlantakan Nanggroe Aceh Darussalam akhir tahun lalu telah mengetuk hati Hendi Saputra, jejaka asal Cileungsi Bogor, Jawa Barat untuk bergabung menjadi bagian dari ribuan relawan yang datang ke Aceh dalam misi kemanusiaan.
Berbekal keahlian di bidang service otomotif, Januari lalu Hendi Sapari terbang ke Serambi Mekkah bersama Tim Ukhuwah Pemuda untuk Aceh (TUPA) di bawah koordinasi Jama'ah Muslimin (Hizbullah) yang berpusat di Bogor, Jawa Barat. Pertama datang di Aceh, Hendi menginjakkan kaki di Lhokseumawe, terhitung selama 10 hari Hendi dan kawan-kawanya menjadi relawan di sana selanjutnya pindah ke Banda Aceh.
Hari-hari yang dilalui Hendi di Aceh cukup dinamis, segala macam pekerjaan dia lakukan. Dari evkuasi mayat, membersihkan rumah penduduk, masjid, sampai service motor yang terendam tsunami pun ia kerjakan bersama teman-temannya. Hasilnya cukup memuaskan, banyak motor yang mangkir di posko Tim Ukhuwah yang ada di Kopelma Darussalam saat itu. "Di sini apapun saya lakukan, untuk membantu saudara saya yang kena musibah," kata Hendi.
Berbilang bulan lamanya hidup sebagai relawan kemanusiaan. kini Hendi telah memulai hidup baru. Pertemuannya dengan Salbiah (23) pengungsi yang tinggal di tenda Kopelma Darussalam, menjadikan Hendi terpaut hati dengan perempuan itu. Pertemuan berawal saat Hendi mendapati Salbiah sedang melamun dekat dapur umum relawan Tim Ukhuwah Pemuda.
"Saat itu saya melihat dia melamun seorang diri," kata Hendi mengenang awal pertemuan. Keinginan mempersunting Salbiah, menguat saat Hendi mendapati Aisyah yang masih berumur delapan bulan, anak Salbiah yang saat itu sedang sakit. "Saya bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Salbiah saat itu, apalagi harus tinggal di tenda," kata Hendi.
Saat gempa dan gelombang tsunami meluluhlantakkan Aceh, Salbiah kehilangan suami dan seluruh harta bendanya. Hanya ada Aisyah dan Zahra buah hatinya yang selamat.
Setelah mengutarakan keinginannya menikahi Salbiah beberapa bulan lalu kepada koordinator timnya, Ustadz Aly Effendi, maka Sabtu (6/8) di Kantor Urusan Agama (KUA) Lambaro Angan, Hendi pun resmi menjadi suami Salbiah, sekaligus ayah baru untuk Aisyah, anaknya yang selamat dari hempasan gelombang tsunami di kawasan Lampriek, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Pernikahan tersebut telah mengubah gurat kesedihan Salbiah yang kini mulai memudar. Setidaknya kehadiran Hendi di hati Salbiah juga Aisyah bisa menemani hari-harinya ke depan. Apalagi Aisyah kini mulai sakit-sakitan, bahkan dua hari ini sejak beberapa hari lalu Aisyah kembali dirawat di RS Zainoel Abidin. Kondisi inilah yang mendorong Hendi menyayangi Salbiah dan Aisyah. "Saya terenyuh saat pertama kali melihat Salbiah dengan Aisyah, masa-masa darurat pascatsunami dulu," kata Hendi kepada Serambi saat ditemui di ICCU Anak RSU Zainoel Abidin Banda Aceh, Senin (8/8).
Pernikahan Hendi dengan Salbiah berlangsung sederhana, dihadiri keluarga besar Salbiah yang masih tersisa setelah tsunami, dan juga keluarga besar Tim Ukhuwah Pemuda yang telah menetap di Banda Aceh. Setelah menikah Hendi dan Salbiya berencana tinggal di sebuah rumah di kawasan Rukoh Darussalam. Hendi menjadi relawan yang kesekian mendapatkan jodoh di Nanggroe Aceh Darussalam. Jauh-jauh hari sebelum Hendi, telah banyak relawan yang menikah dengan warga pengungsi.
Mensiasati awal kehidupannnya yang baru bersama buah hatinya, Hendi mulai bekerja di bengkel motor milik Tim Ukhuwah yang sejak sebulan lalu mulai beroperasi di kawasan Rukoh. Kekuatan cinta diyakini akan mampu menghadang apapun, termasuk hari-hari yang masih serba tak pasti yang bakal dihadapi Hendi, Salbiah, dan sang bocah.(arif ramdan)

Post a Comment

Previous Post Next Post