Perempuan Penjual Bensin



SIANG tadi gak biasa, lupa cek minyak sepeda motor. Spidometernya, tumben juga gak saya perhatikan. Karena buru-buru jemput anak-anak, sudah agak telat 20 menit. Lagi asyik bikin kandang ayam yang baru dibeli beberapa minggu lalu. Ada 3 ekor ayam yang suara kokoknya cukup jitu bangunin pagi.

Meski tinggal di kota, ayam ini masih berperilaku ayam kampung. Tepat waktu saat berkokok, beda dgn ayam kota yang tak tau siang dan malam. Suara kukuruyuknya, gak lagi bisa jadi petanda waktu.

Tiba di atas jembatan Lamnyong, "cescess cess breeeddddd," motor tiba-tiba berhenti. Wah, habis total, saat saya buka tank minyak. Jarum indikatornya sudah kandas di warna merah. Mundur, balik arah ada kedai kecil. Terlihat drum minyak dan jerigen bertuliskan bensin. "Kak, tolong isi 2 liter, nanti saya putar ke rumah, balik sini. Saya kasih uannya. Lupa ini gak bawa dompet buru-buru tadi," kata saya.

Perempuan penjual minyak itu, tanpa saya duga minta KTP. "Bapak simpan KTP di kedai saya, atau handphone" ujarnya.

Hah!! Saya terkejut. "Kak, itu rumah saya. Apa saya harus simpan KTP. Apa gak percaya," kataku sambil menunjuk rumah.

Perempuan itu, kemudian mengatakan sudah banyak yang menipunya membeli pura-pura tertinggal dompet dan alasan lainnya. "Tiap minggu saya cuci motor di sini, dan saya tau pemilik lahan yang kaka jualan di sini," ujarku berusaha meyakinkan perempuan itu.

Ia pun luluh, meski tetap memperlihatkan wajah kecut. kemudian mengambil canting berisi minyak lalu mengisi sepeda motorku. Tetapi ia masih tak yakin. "Udah kak, tenang. Kakak cari ke rumah dan tanya nama saya, pasti tau semua, itu rumah saya, jika saya menipu. Ini harus jemput anak buru-buru." Kata saya meyakinkan dia.

Ia terlihat tetap ketus dan menyimpang kecurigaan. Alahmakk.. Baru sadar saya jemput anak belum ganti baju, habis jadi tukang dadakan membuat kandang ayam. Baju terlihat kotor.

Saya bergegas jemput anak, dari spion saya lihat pandanganya mengikuti arah sepeda motor saya. "Wah, memang dia curiga sama saya, " batinku.

Tiba di rumah saya ambil dompet. Saya tarik Rp 20.000. Saya bergegas ke tempat perempuan penjual minyak itu. Dari rumah saya sudah berniat tidak mengambil uang kembaliannya. Sebagai tanda terima kasih sudah bantu saya. "Padum peng kak," tanyaku. Dia jawab 14.000 katanya. Lalu saya serahkan uang Rp20.000.

Perempuan penjual minyak itu, terlihat membuka laci mengambil uang kembalian. "Hana peu kak, cok mandum. Terimong Geunaseh, meuah ka merepotkan," kataku sambil menstater sepeda motor dan kembali ke rumah. # [ilustrasi foto/kompas.com]

---------------------------------------
* Banyak orang yang menipunya selama ini, membuat dia ragu berbuat kebaikan, mungkin. Termasuk kepada saya. Apalagi, ya hanya kedai kecil yang untungnya hanya mungkin hanya 500 per "liter minyak.
* Jika anda pedagang, akankah seperti perempuan itu, atau tetap husnuzan.

Post a Comment

Previous Post Next Post