PRIHATIN! kata ini yang pantas diucapkan ketika melihat tayangan Hariri Abdul Aziz Azmatkhan menginjak kepala Kang Entis, seorang operator sound system. Peristiwa tang terekam dengan jelas itu, berulang-ulang saya diputar, melalui laman Youtube untuk memastikan dialog apa yang berlangsung ketika peristiwa itu terjadi.
Dada
ini terasa sesak, menyaksikan ulah Hariri, ustaz muda yang tenar setelah ikut
audisi dai dan malang melintang di dunia infotainment. Keprihatinan semakin
membuncah saat membaca riwayat hidup ustaz muda ini di beberapa media online
yang rata-rata mengutip dari ratusholawat.blogspot.com.
Berlaku
seperti para petarung di smackdown, Hariri telah memamerkan kekonyolannya
sebagai seorang ustaz, dan seorang pengasuh pondok pesantren. Perilaku Hariri,
sebenarnya tidak hanya melukai perasaan umat Islam dan mereka yang menonton
ulah Hariri di Youtube, lebih dari itu, apa yang dilakukan Hariri telah
menyakiti trah para kiyai tatar Pasundan yang terkenal dengan kelembutan dan
wibawa sebagai ulama. Duh, Hariri!
Hariri
telah melakukan keburukan cara dakwahnya di muka umum, ibu-ibu, bapak-bapak dan
semua hadirin termasuk anak kecil terlihat dengan jelas menyaksikan ulah Hariri
menginjak kepala Kang Entis. Hariri layaknya algojo, bahasa Sundanya kasar saat
menegur Kang Entis di muka umum. Jauh dari perilaku teladan kita, Nabi Muhammad
Saw yang senantiasa menebarkan kebaikan dan rahmat ke manapun melangkah. Ia
adalah teladan yang menyemai hidayah dalam setiap aktivitasnya. Mengajarkan
kelembutan dalam bertutur kata dan memberikan rasa aman dalam setiap
perilakunya.
Kasus
Hariri menginjak kepala Kang Entis, adalah persoalan dari sekian banyak
persoalan yang juga banyak diperlihatkan para ustaz dadakan yang tenar melalui
media infotainment. Jauh sebelum Hariri, kita juga sempat disuguhkan tayangan
kisah cinta, perceraian seorang ustaz, dan permintaan honor ceramah seorang
ustaz selebriti yang cukup pantastis saat berceramah dengan komunitas para
pekerja muslim Indonesia di luar negeri.
Kita
juga prihatin dengan ustaz-ustaz selebritis yang melabrak etika berdakwah,
menyampaikan kebenaran kepada jamaah. Alih-alih memberi aura perubahan,
kehadiran ustaz selebriti beberapa di antaranya justru mencitrakan kehidupan
glamour tak beda dengan kehidupan para seleb bukan ustaz.
Hariri
yang bertabayun dengan Kang Entis di salah satu acara stasiun televisi swasta,
tidak cukup sebagai obat penawar bagi kegelisahan dan keprihatinan umat saat
ini pada kasus-kasus ustaz dengan perilaku nyeleneh, seperti yang
dipertontonkan Hariri.
Panggilan ustaz
Kasus
Hariri menjadi pelajaran bagi kita untuk kembali melakukan perenungan untuk
lebih selektif dalam menyematkan kata "ustaz". Sebab kata ini dapat
ditabalkan untuk seseorang yang berilmu dan menjadi panutan di masyarakat.
Ustaz adalah panggilan untuk seorang guru, dalam bahasa Arab kata ini berasal
dari kata "ustazun".
Di
tanah air, kita cenderung menyematkannya bagi mereka yang biasa menyampaikan
pesan moral dari agama, alias muballigh. Seseorang dengan sebutan ustaz,
tentunya telah mendermakan semua hidup bagi kemaslahatan umat. Perilaku dan
kesehariannya menjadi teladan bagi umat di mana saja berada. Menjadi seorang
ustaz, tentu wajib menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain, sekecil apa
pun. Teladanilah Rasulallah Saw, yang tetap sabar dan memanjatkan doa untuk
kaum yang menyakitinya di masa awal berdakwah.
Jika
akhlak ini tidak lagi dapat dijaga oleh seorang ustaz, di mana ia
melabrak etika. mempertontonkan keangkuhan di muka jamaah yang sedang
diceramahinya,
berbuat kekerasan saat menyampaikan kebaikan, maka kita patut mengajukan
kembali sebuah pertanyaan, masih layakkah kita memanggilnya ustaz? Duh
Hariri!