Ahlan Wa Sahlan, Teungku!


Setelah lebih dari 30 tahun berada di pengasingan, Hasan Tiro, orang nomor satu di lingkaran Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini dipastikan pulang ke Aceh pada 11 Oktober 2009 mendatang. Kepastian itu disampaikan langsung petinggi Komite Peralihan Aceh (KPA), Rabu (24/9) lalu di Banda Aceh.
Kabar tersebut, tersiar begitu cepat. Selain melalui media, para mantan kombatan menginformasikannya melalui lisan kepada orang-orang yang dianggap perlu mengetahui kepulangan orang yang biasa mereka sebut sebagai Wali. Kepulangannya ke Aceh, bukan saja membuka sejarah baru bagi negeri yang pernah lama dirundung konflik ini. Tetapi, akan memberi warna tersendiri bagi kiprah mantan kombatan di masa peralihan ini. Selain itu, kehadiran Hasan Tiro, akan menjadi magnit bagi pengukuhan citra diri para mantan kombatan, termasuk mereka yang bernaung di rumah politiknya yang baru, yaitu Partai Aceh.
Ini bukan sesuatu yang asal jadi, kepulangan Hasan Tiro sudah pasti telah diagendakan jauh- jauh hari terutama untuk kepentingan jangka panjang atas kiprah mantan kombatan di ranah politik praktis. Bagi mantan kombatan, kharisma Hasan Tiro melebihi segalanya. Kehadiran Hasan Tiro di tengah-tengah mereka, bagaikan air di tengah dahaga padang pasir. Petuah Hasan Tiro akan cukup manjur untuk mengkondisikan arah perjuangan politik GAM saat ini.
Kepulangan Hasan Tiro juga cukup beralasan dan tepat waktu, selain shilaturrahmi Idul Fitri ke kampung halaman yang sudah ditinggalkannya selama 32 tahun, eks kombatan juga merasa memerlukan kehadiran seorang tokoh yang bisa merekatkan kembali ikatan mereka. Apalagi, setelah perdamaian ini, banyak para mantan kombatan terseret ke arus lain dan rapuh dalam beridiologi karena tergiur duniawi.
Kepulangan orang yang pernah menjadi ikon perlawanan atas Indonesia ini, otomatis memberi angin segar bagi perdamaian di Aceh. Bahkan, sebuah pesan damai terlebih dahulu disampaikannya untuk masyarakat Aceh. Hasan Tiro meminta rakyat Aceh konsisten menjaga perdamaian di negeri yang lama ditinggalkannya itu.
11 Oktober mendatang akan menjadi hari yang sangat bersejarah di Aceh, diakui atau tidak sosok Hasan Tiro menjadi salah satu penentu bagi kelangsungan perdamaian Aceh kali ini. Sebagaimana disampaikan Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar, kepulangan Hasan Tiro dapat memperkokoh perdamaian yang telah dan akan terus berlangsung ini. Momen tersebut, juga diharapkan menjadi awal kembalinya ratusan warga Aceh yang berada di luar negeri ke tanah air, terutama mereka yang eksodus ketika konflik berkecamuk di Aceh.
Kepulangan orang yang dihormati di kalangan GAM itu, diharap menjadi awal terwujudnya rekonsiliasi hakiki perdamaian negeri ini. Selain itu, kehadiran Hasan Tiro di tengah-tengah masyarakat Aceh otomatis memberi kabar kepada dunia, bahwa damai di Aceh adalah impian 4 juta lebih rakyat Serambi Mekkah. Damai di Aceh adalah contoh bagi perdamaian dunia. Kepulangan Hasan Tiro pun menjadi penentu nasib Aceh ke depan, sebab langkah arif yang diambil Hasan Tiro untuk pulang ke Aceh dapat membangun kepercayaan di antara dua pihak yang telah bersepakat dalam perdamaian ini.
Selain akan memperkokoh perdamaian, kepulangan Hasan Tiro juga tepat waktu. Semua mafhum, Idul Fitri adalah masa dimana semua orang saling memaafkan sehingga semua makhluk Allah SWT yang muslim kembali kepada kesucian hati yang sebenarnya. Idul Fitri adalah momen, dimana semua orang melebur dalam bahagia di hari kemenangan.
Ahlan Wa Sahlan, Teungku! Seulamat Neuteuka di Nanggroë yang ka Aman" (selamat datang di nanggroe yang sudah aman). Kalimat itu, wajar kiranya diucapkan oleh semua orang, kerabat dekat, dan handai taulan. Wallahu 'aklam.


-foto:dok.aslnf-

Post a Comment

Previous Post Next Post