Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Selasa (11/3) lalu resmi melantik 42 pejabat eselon IIa dan IIb dalam 'kabinet' yang saat ini dipimpinnya. Proses panjang perekrutan pejabat baru yang dilakukan melalui seleksi ketat oleh tim independen itu, toh pada akhirnya gubernur juga yang mengambil peran penting untuk menempatkan sejumlah pejabat pada beberapa posisi, termasuk penunjukan langsung pejabat di luar seleksi resmi yang dilakukan.
Kabinet baru bentukan Irwandi Yusuf ini, diharapkan dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik dan bersih, seperti kampanye Irwandi dalam pilkada 2006 yang menginginkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi.
Jabatan baru untuk sejumlah pejabat yang dilantik di Anjong Mon Mata itu, hakikatnya adalah titipan dari 4 juta lebih rakyat Aceh. Untuk itu, kerja mereka ke depan perlu dipantau bersama. Para pejabat baru itu juga diharuskan meneken fakta integritas dalam menjalankan masa tugasnya tersebut. Bahkan enam bulan ke depan kinerja mereka akan dievaluasi dan gubernur sendiri akan mengumumkanya ke publik.
Selepas acara pelantikan di Anjong Mon Mata, sejumlah wajah pejabat baru itu terlihat sumringah, beberapa diantaranya ada yang terlihat bengong, tegang, bahkan pandanganya tertuju ke arah tidak menentu. Tidak tahu, apa yang ada dalam benak para pejabat baru itu, mudah- mudahan saja mereka tidak sedang melamun menanggung beban pekerjaanya yang berjubel ke depan. Ucapan selamat mengalir dari sejumlah tamu yang hadir dalam acara pelantikan itu, mereka larut dalam kebahagian.
Seandainya mau jujur, seharusnya para pejabat yang baru dilantik itu serempak mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, tanda menerima musibah. Kenapa? karena dalam perspektif agama jabatan itu adalah amanah sekaligus ujian atau musibah. Bukan pemberian yang harus dirayakan dengan euforia tawa bahagia. Selain itu, rekan kerja, sahabat, keluarga, dan sejumlah instansi terkait yang memborong space halaman iklan ucapan selamat di sejumlah media massa, mestinya menyematkan ucapan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun juga, meski mungkin akan dianggap konyol.
Para pejabat baru itu, dalam jangka waktu lima tahun masa pemerintahan Irwandi-Nazar akan mengerjakan sejumlah gawean rutin yang berhubungan langsung dengan hak hidup orang banyak di Aceh. Dinas kesehatan misalnya, dalam programnya ke depan patut memastikan rakyat Aceh terjamin hak hidup sehatnya, tidak ada lagi rakyat jelata yang tidak dilayani di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sejumlah rumah sakit karena secara fisik tidak meyakinkan untuk bisa membayar semua biaya pengobatan. Di sejumlah kampung jangan ada lagi anak-anak Aceh yang mengalami busung lapar, karena kurang gizi. Ini hanya bagian kecil dari kerja dinas tersebut, tentunya masih banyak yang lain untuk dikerjakan.
Dinas kesehatan, hanyalah satu dari sekian dinas lain yang juga harus memberikan perubahan dalam hal pelayanan dan pembangunan Aceh ke depan yang berbasis kepada kepentingan rakyat banyak. Sehingga dinas yang ada nantinya tidak sekedar lembaga yang menumpuk alokasi dana tetapi minim realisasi di lapangan.
Selain terdapat pejabat baru dalam sejumlah posisi, pejabat hasil seleksi itu beberapa diantaranya juga masih wajah-wajah lama yang berkiprah di birokrasi. Mudah-mudahan saja, mereka yang pemain lama bisa lebih memberikan hasil kerja yang memuaskan untuk kepentingan bersama. Secara logika, pejabat lama yang awet disejumlah posisi itu, bisa belajar dari pengalaman masa lalunya menduduki amanah tersebut. Jangan sampai di enam bulan pertama mereka justeru yang berbuat tidak sesuai kinerja yang diharapkan bersama.
Sekali lagi Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, selamat mendapat ujian. Semoga tidak tergoda untuk menyalahi dan menyia-nyiakan amanat, sehingga selamat di akhir masa jabatan nanti.

1 comment for "Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun"

Radar Tasikmlaya Monday, 17 March, 2008 Delete Comment
Seharusnya sesorang yang diberi jabatan mengucap Inalilahi Wa Ina Ilaihi Rojiun. Tapi faktanya sebaliknya yang dapat jabatan bak durian runtuh.
Berikut ini kisah yang terkait dengan itu:

Ketika Abu Musa bersama dua orang dari Bani Ammi menemui Rasulullah SAW, salah seorang di antaranya meminta Nabi agar memberikan jabatan kepada mereka, lalu Nabi bersabda, ''Sesungguhnya, demi Allah! Kami tak akan memberi amanah kekuasaan kepada seseorang yang memintanya, dan juga pada orang yang berambisi padanya.'' (HR Muslim).

Senada dengan hadis di atas, Rasulullah berpesan pada Abdurahman bin Samurah, ''Wahai Abdurahman, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu, maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi, jika ditugaskan tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong mengatasinya.'' (HR Bukhari & Muslim).

Terkait dengan itu, dalam kitab Al-Imarah, Imam Muslim meriwayatkan tentang Abu Dzar yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, Wahai Rasulullah, tidakkah engkau memberiku jabatan? Kemudian Rasulullah menepuk pundak Abu Dzar, lalu beliau bersabda, ''Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau itu lemah, sedangkan jabatan itu amanah, dan jabatan itu akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajiban yang diembankan kepadanya.''

Jabatan atau kekuasaan merupakan sebuah amanah yang harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawabannya tidak hanya kepada yang memberi jabatan tetapi juga kepada Allah SWT. Sebagaimana hadis dari Ibnu Umar, ''Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.'' (HR Muslim).

Di samping itu, untuk mendapatkan suatu jabatan harus dengan cara yang benar, serta tidak memintanya dengan penuh ambisi. Sementara orang yang diberi kekuasaan pun, harus memiliki kapabilitas terhadap jabatan yang diamanahkan kepadanya.

Sejarah mencatat, Nabi Yusuf pernah meminta menjadi bendaharawan, ketika ia ditawari menjadi kepercayaan Raja Mesir dengan kedudukan yang tinggi pada saat itu, sebagaimana firman Allah, ''Yusuf berkata, jadikanlah aku bendaharawan negeri Mesir, karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (amanah) dan berpengetahuan.'' (QS Yusuf /12:55). Sebuah amanah, apabila tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, akan memberi dampak negatif, tidak saja kepada orang yang diberikan amanah, tetapi juga kepada orang lain di sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda ''Apabila amanah disia-siakan tunggulah saat kehancurannya.'' Wallahu a'lam bish-shawab.

Rasanya kurang pas menurut saya kalau seseorang menerima amanah jabatan tertentu lalu menyambutnya dengan suka cita dan pesta-pesta tiada berguna. Ingatlah, terutama untuk diriku sendiri, semua amanah yang ada di pundak kita nanti diakhirat akan.
Salam kang>