Beberapa hari terakhir, publik Aceh dapat melihat langsung sosok Mantan Presiden Filandia, Martti Ahtisaari, yang menjadi mediator dalam proses damai Aceh. Kunjungan Martti Ahtisaari ke Aceh yang kedua ini dalam rangka melihat perkembangan perdamaian Aceh saat ini. Dalam kunjungannya ke Aceh, Martti juga berkesempatan mengunjungi beberapa daerah di Aceh, seperti Bener Meriah dan kawasan Aceh Tengah lainnya. Di Banda Aceh, Martti Ahtisaari juga bertemu dengan Kapolda Aceh, Pangdam Iskandar Muda, dan Ketua DPR Aceh. Martti pun diagendakan bertemu dengan sejumlah pejabat negara di Jakarta.
Pertemuan Martti dengan sejumlah pejabat penting di Aceh, selain bertanya tentang berbagai hal, juga memberikan masukan dan pujian atas perkembangan damai di Aceh saat ini. Kepada Pangdam Iskandar Muda, misalnya, Martti mempertanyakan isu adanya operasi intelijen di Aceh. Dalam pertemuannya itu, Martti mendapat penjelasan riil dari Pangdam bahwa tidak ada aksi operasi intelijen di Aceh. Martti juga bertemu dengan Kapolda Aceh, Irjen Polisi Rismawan, untuk mengetahui lebih jauh soal keamanan di Aceh.
Selama di Banda Aceh, Martti juga bertemu dengan pimpinan DPR Aceh. Dalam kesempatan tersebut, Martti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi DPR Aceh dalam melahirkan sejumlah qanun yang mendukung terlaksananya damai berkelanjutan di Aceh.
Kunjungan Martti ke Aceh dengan menemui pejabat teras di provinsi ini, mengisyaratkan keseriusannya dalam memandu proses damai yang difasilitasinya di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Dalam kaitan itu, Martti bahkan mengutarakan keinginannya untuk dapat berkunjung setiap tahun memantau berbagai kemajuan yang dicapai di Aceh.
Langkah Martti tentunya bukan sekadar kunjungan seremoni belaka. Martti memiliki komitmen tinggi dalam menjaga perdamaian di Aceh dan hal ini menunjukkan bahwa Aceh masih dalam pantauan dunia internasional. Aceh yang kemudian dijuluki si 'anak emas' internasional ini diharapkan tidak gagal untuk kesekian kalinya dalam merajut damai berkelanjutan. Sebab, damai Aceh kali ini akan memberi spirit baru bagi perdamaian di belahan dunia lainnya. Aceh akan menjadi contoh terbaik dalam menyudahi pertikaian.
Alhasil, arti kunjungan Martti ke Aceh adalah sebuah penyemangat sekaligus ajang menjaga komitmen bersama agar masing-masing pihak yang telah bersepakat tidak menodai perdamaian ini, karena Aceh tetapi dipantau dunia internasional. Selain itu, sejumlah klausul dalam MoU Helsinki harus menjadi acuan bersama dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul di kemudian hari dalam proses yang sedang berjalan ini. Beberapa butir MoU yang belum diimplementasikan di lapangan, sejatinya dapat segera direalisasikan sehingga masing-masing pihak merasa puas dan tidak ada rasa saling curiga.
Jika hal ini sudah bisa dijalankan dengan baik, maka rakyat sebagai penerima manfaat dari perdamaian ini akan benar-benar yakin atas perdamaian yang sedang berlangsung. Rakyat tidak lagi was-was dan berpikir yang tidak-tidak, karena bagi rakyat Aceh damai kali ini adalah karunia dalam perjalanan Aceh yang bergolak sepanjang sejarah. Damai kali ini, bagi rakyat Aceh adalah harapan baru membangun masa depan yang lebih bermartabat, sehingga ketertinggalan dalam berbagai hal yang selama ini mendera Aceh akan segera berakhir. Kunjungan Martti kali ini harus tetap berarti bagi kelangsungan damai di negeri ini.