Kumandang Azan di Aya Sophia

AZAN zuhur bergema dari Masjid Biru (Blue Mosque), Istanbul, Turki, Rabu 25 November 2015. Udara siang itu terasa dingin. Hilir mudik orang menyemut ke arah masjid. Beberapa di antaranya berbalik melihat menara Aya Sophia (Hagia Sophia). 

Ada kumandang azan di menara itu. Semula orang-orang menyangka itu azan dari menara Hagia Sophia. Disimak lebih teliti, ternyata itu suara azan dari menara Masjid Biru yang dipantulkan melalui perangkat elektronik di menara bekas gereja di masa kekaisaran Bizantium. Orang Eropa menulisnya Hagia Sophia, sementara Turki menyebut Aya Sophia. 

Saling sahut membuat azan itu seperti tidak akan berhenti, dari satu menara ke menara lain, melantun suara azan dari sumber suara utama di menara Masjid Biru yang berdiri megah di pusat kota Istanbul.
Museum Topkapi 


Dibangun tahun 360 M oleh Kekaisaran Bizantium, Aya Sophia menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Istanbul. Peziarah muslim, berdoa dan takjub akan peninggalan masa keemasan Turki di bawah kendali Sultan Mehmet II yang semula merupakan gereja di masa Kaisar Constantine I.

Pun sebaliknya, penziarah nonmuslim berkeliling melihat sudut-sudut museum bermozaik Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Jibril dalam kepercayaan Nasrani, tentunya.

Ornamen kayu besar bergantung dengan   kaligrafi bertulis Allah dan Muhammad.     Pada penjuru lain ada tulisan nama empat khalifah sepeninggal Nabi Muhammad, yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

 Informasi yang didapat, kaligrafi itu  dipasang semasa Sultan Abdul Majid I  pada abad ke-19. Mozaik-mozaik dengan simbol kristen tetap utuh, kaligrafi yang melambangkan keagungan Islam terlihat apik menggurat simbol kebesaraan Islam ketika itu.

Aya Sophia adalah cermin menyatunya dua agama dan guratan arsitek, Allah, Muhammad, Yesus, Bunda Maria berada pada satu kubah yang menaunginya. Bangunan ini telah menjadi naungan para uskup dan rumah para ulama di masa kejayaan Turki Utsmani.

Meski tak ada shalat di Aya Sophia, suara azan di menaranya cukup membuat rindu mereka yang menanti bersujud di masjid yang kini berstatus sebagai museum.


Aya Sophia sederet di jalur utama museum Topkapi (Topkapi Sarayi Muzesi), tak jauh juga dari Masjid Biru. Di Museum ini ada jejak kejayaan Islam tempo dulu, Topkapi adalah istana tempat kekhalifahan Ottoman yang berjaya selama kurang lebih 400 tahun.

Di sini kita bisa melihat baju Fatimah putri Nabi, baju Husein cucu Nabi, ada janggut Nabi, telapak kaki Nabi, dan pedang beberapa khalifah. Kita kagum dengan peninggalan tersebut, itulah fakta Islam pernah berjaya di negeri itu.

“Stop...stop! jangan memotret!” penjaga museum berkali-kali melarang para pengunjung yang coba mengambil gambar beberapa benda terkait Nabi Muhammad saw.

Ada juga yang mencuri-curi memotret, bekas telapak kaki Nabi dan baju Fatimah. “Jangan coba-coba Bang, nanti nyesel kamera disita saat ke luar museum. Lihat di atas tuh cctv tiap sudut,” ujar seorang pengunjung dari Indonesia yang  mengingatkan beberapa pemuda yang mencoba curi-curi kesempatan memotret sehelai janggut nabi.

Aya Sophia, Topkapi, dan Masjid Biru adalah tiga dari keunggulan Turki di bidang wisata sejarah. Masih banyak destinasi lain yang membuat kita kagum, terkesima, dan serasa ingin kembali untuk menyusuri lorong-lorong di jantung Kota Istanbul. Allaha ismarladik Turki, selamat tinggal Turki! (arif ramdan)

Post a Comment

أحدث أقدم