Iwan Gayo dari Komite ke Komite


Nama Iwan Gayo tiba-tiba melejit. Setelah dipecat dari jabatannya sebagai Kepala Humas Komite Percepatan Pemekaran Provinsi ALA (KP3ALA), sosok Iwan menjadi bahan perbincangan. Iwan menjadi bahan diskusi berbagai kelompok yang selama ini menyuarakan pemekaran Provinsi Aceh. Iwan juga menjadi bahan gunjingan, caci maki dan sumpah serapah dari kawan- kawannya yang merasa perjuangan untuk pisah dari induk provinsi dikhianati oleh lelaki kelahiran Takengon, 7 November 1951 ini.
Hari ini dan seterusnya, Iwan Gayo tidak lagi seperti biasanya--yang selalu keras menuntut pisah dari Aceh--Saat ini, Iwan sedang berkonsentrasi merumuskan program kerja yang diamanahkan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, kepadanya. Tempatnya pun cukup istimewa. Lelaki pengarang buku pintar ini, dalam seminggu terakhir menjadi tamu khusus di Gest House pendopo gubernur.
Iwan Gayo memang telah "melunak" menyuarakan pemekaran, pertemuannya dengan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, Jumat 11 April lalu, menghasilkan sebuah komite untuk pembangunan kawasan tertinggal yang ingin lepas, seperti yang dikampanyekan Iwan selama ini. Terlalu cepat Iwan berubah haluan? Bisa iya, juga bisa tidak. Namanya juga politik, tidak pernah ada titik. Yang ada hanyalah sekumpulan taktik, meski terkadang taktik itu akan dinilai licik dan picik oleh lawannya.
Keputusan Iwan Gayo menerima tawaran Irwandi Yusuf yang menurutnya cukup realistis itu, membuat kawan-kawan seperjuangan Iwan meradang. Iwan Gayo dinilai sebagai pengkhianat perjuangan yang selama ini dibangun oleh para penggagas provinsi ALA.
Meski ke publik Iwan Gayo mengatakan tawaran Irwandi cukup realistis dan masuk akal, tetapi tidak banyak yang tahu apa yang melatarbelakangi sikap Iwan Gayo yang begitu cepat melunak, padahal perjuangan menggagas Provinsi ALA itu sudah lama dirintis. Bahkan, dalam wawancara dengan Kontras edisi terdahulu, Iwan Gayo dengan lantang mengatakan Irwandi Yusuf belum begitu pintar untuk memahami Aceh. Menurutnya, saat itu pemekaran adalah harga mati dan solusi bagi kawasan tertinggal.
Untuk mencoba memahami garis perjuangan Iwan Gayo, seorang aktivis muda, Mantan Panglima Teuntara Neugara Aceh (TNA) Wilayah Linge, yang saat ini menjabat Kepala Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Louser, Fauzan Azima, menuturkan pengalamannya semasa mengenal Iwan Gayo di Jakarta ketika dirinya melanglang buana di Ibukota. Dikisahkan Fauzan Azima, Iwan Gayo telah beberapa kali memutar biduk yang dinakhodainya. Suatu ketika, Iwan Gayo begitu kagum dengan Mantan Presiden RI, Soekarno, yang kemudian menyempurnakan kekagumannya dengan bergabung di PDI Perjuangan. Tetapi, Iwan pun kemudian tercatat mendekat ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebuah partai yang jelas berbeda jauh dari PDI P. Tiba-tiba, Iwan Gayo pun sudah menjabat Kepala Humas Komite Persiapan Percepatan Pemekara ALA. "Saya memahami cita-cita Bang Iwan Gayo, beliau begitu cepat tersentuh hatinya apabila melihat lingkungannya ada ketidakadilan. Dalam rangka mewujudkan misi kemanusiaannya beliau tidak peduli kepada ideologi "partainya".
Jadi, jika melihat perjalanan Iwan Gayo, seperti dikisahkan Fauzan Azima, maka keputusannya untuk hengkang dari Kepala Humas KP3ALA, meninggalkan kawan seperjuangannya dan memilih duduk di lingkaran Gubernur Aceh, bukanlah hal yang aneh alias lumrah bagi Iwan. Toh, tujuan akhirnya adalah memanusiakan manusia di kawasannya dengan menghilangkan berbagai ketidakadilan dalam berbagai bidang.
Lalu, akankah tawaran yang diberikan Irwandi kepada Iwan Gayo otomatis akan meredam suara yang menuntut pemekaran? Sepertinya tidak demikian dan Iwan pun paham akan hal itu.
Dari Jakarta, dimana sejumlah tokoh ALA merencanakan strategi, masih tetap bersuara. Bahkan katanya, tanpa Iwan Gayo pun, mereka akan tetap berjuang demi terbentuknya ALA. Komite Khusus Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (KKP2DT) yang dibentuk Irwandi dan direncanakn dinakhodai Iwan Gayo pun masih dalam perbincangan. Dari pertemuan dengan sejumlah pejabat beberapa waktu lalu, konsep yang dijabarkan Iwan Gayo dinilai masih mengambang alias belum jelas ke mana arahnya. Iwan Gayo dinilai masih berputar-putar di wilayah ketertinggalan daerah, alias belum menyentuh substansi untuk pembangunan di kawasan yang selama ini tertinggal.
Iwan Gayo memang telah bergeser posisi, dari komite percepatan pemekaran ke komite percepatan pembangunan. Artinya, Iwan Gayo telah bergeser dari satu 'komite' ke 'komite' lain. Dan entah apa lagi yang terjadi sesudahnya. Wallahu a'alam.

5 Comments

Previous Post Next Post